Kamis, 07 Februari 2013

Haji Muhidin Si Haji Dua Kali



Ada yang tahu Sinetron Haji Muhidin?
Sebelumnya jika bukan karena Ibu dan Bapak saya ketergantungan nonton sinet yang satu ini, saya mana mungkin tahu bagaimana alur ceritanya. Sinetron ini aslinya bergenre religi.Awalnya Film ini diputar satu kali tamat atau singkatnya FTV. Film yang diperankan oleh Mat Solar sebagai pemeran utama dan H.Nani Wijaya sebagai si Emak. Film itu jika saya tidak salah muncul pada tahun 2009 waktu saya masih SMP. Awalnya saya apresiasi untuk Film ini merupakan Film Religi yang sangat bagus dan telah menyedot perhatian banyak masyarakat. Pemeran di dalam Film tersebut sangat unik-unik dan setiap artis disana benar-benar secara penuh menghayati perannya. Sebelum menjadi sineton, film ini sangat kental menunjukan bagaimana seorang Tukang Bubur dengan Giat dan tekun berikhtiar yang disertai doa bias juga naik haji. Bagian ini menjebatani kita untuk berpikir secara religious terhadap Tuhan-nya jika ingin mencapai sebuah harapan harus dengan cara demikian. Satu hal yang menjadi ciri khas di Film ini yaitu pemeran sebagai Haji Muhidin dan Hajjah Maemunah yang iri melihat kesuksesan keluarga Haji Sulam Si Tukang Bubur yang menurut mereka tidaklah pantas bagi mereka untuk naik haji dan hanya mereka lah yang pantas menjadi Haji di kampungnya. Menurut mereka wajar karena mereka orang terkaya dan terpandang di kampungnya sehingga tidak ingin jika ada orang yang mengunggulinya. Di sinetron itu jika saya perkirakan sampai ada lebih dari 20 kasus cerita tentang orang yang diFITNAH. Selain itu masih ada banyak lagi cirri khas sinetron ini, yaitu :
1.       Menggunjing
2.      Menghardik orang miskin
3.     Adu Domba atau Provokasi
4.    Adegan Syirik (Ma Enok pergi ke Dukun untuk di susuk supaya menarik perhatian Haji Muhidin)
5.    Kejahatan yang terlalu lama di diamkan (datang ngilang)
6.      Kata-kata yang kasar dan tidak pantas
7.   Perselingkuhan
8.   Congkak
9.   Gila harta
10. Sumpah Palsu di atas Al-Qur’an (Ini adegan yang paling parah sepanjang sejarah Sinetron ini)
11. Menjual Anak Perempuannya demi Harta dan masih banyak lagi

Setelah menjadi sinetron, saya sempat lihat sampai 100 epesode lebih tapi semakin hari sinet ini semakin banyak terjadinya penyimpangan yang terlalu berlebihan seperti yang saya ungkapkan di atas! Saya pikir itu sutradara mimpi apa bisa bikin cerita seperti itu??

Okelah, saya rasa sudah cukup!

Saya tegaskan disini mengenai film yang banyak sekali hal yang tampak bodoh yang harus kita perhatikan
1.       Tujuan cerita semakin hari semakin memudar alias menghilang alias error. Cerita sudah tidak selaras dengan judul Sinetronnya “Tukang Haji Naik Bubur”, kenapa tidak diganti saja dengan misalnya “Haji Muhidin Naik Darah” toh sekarang yang lebih banyak di ceritakan bukan Haji Sulam lagi, melainkan Haji Muhidin yang dengkinya gak ketulungan.
2.       Sudah hampir 2 bulan atau sekitar  50 episode lebih pemeran utama tidak pernah muncul. Ini sinetron semuanya pemeran utama kali ya? Mat Solar Kemana? Ditelan bumi kah? Entahlah.Namun Mat Solar dan H.Nani Wijaya sebagai Haji Sulam dan Si Emak tidak pernah kelihatan lagi . Yang saya tahu H.Nani Wijaya sedang sakit, yang pada akhirnya sinetron ini semakin ngawur saja.

Dari Abu Hurairah Radhiallahu Anhu, dia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Di antara (tanda) kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR.At-Tirmidzi)

3.       Perilaku Haji Muhidin menurut saya telah banyak melecehkan umat muslim. Alhamdulillah, Saya seorang muslim. Bagaimana tidak geram. Haji Muhidin sebagai Haji dua kali membuat saya malu sebagai orang Muslim dan saya rasa sikap Haji Muhidin seolah mencoreng Haji-Haji di seluruh Indonesia terutama pada setiap tutur katanya. Masih kah kita berpikir haji muhidin seorang muslim?

“Seorang muslim, ialah orang yang kaum Muslimin selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang hijrah, ialah orang yang meninggalkan apa yang Allah larang” (HR.Muslim)

4.       Dalam setiap kasus atau permasalahan, saya melihat setiap musibah tidak pernah di atasi dengan tuntas. Dan berkuranglah nilai religious dalam sinet ini. Karena saya berpendapat dalam Sinet ini seperti tidak ada Allah SWT.  yang seharusnya banyak berperan di dalam cerita. Entahlah, tapi di dalam Sinetron ini sudah menjelaskan tanda-tanda kiamat. Banyak kejahatan yang merajalela. Saat haji muhidin menjadi pemimpin di Kampungnya bukanlah cerita yang menarik bagi saya.

“Dan janganlah kalian mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan.” (QS. Asy-Syu’arĂ´` : 151-152)

Kalau kejahatan adalah kesalahan Tuhan, pertobatan akan menjadi sesuatu yang menggelikan, dan penghukuman menjadi sesuatu yang tidak adil.

Saya sudah prediksi, sekarang tujuan dan pertanyaan masyarakat terhadap sinetron ini yang terbesar hanya satu yaitu APAKAH HAJI MUHIDIN AKAN TOBAT ATAU TIDAK?

Sangat Simple.

Masyarakat ngintil-ngintil di belakang kursi sutradara yang gila rating. Hehe..
Ya, Haji muhidin bisa menjadi cerminan diri, tapi kita harus ingat jangan pernah menghiraukan betapa banyak dosa yang kita tertumpuk menjadi lupa hanya dengan melihat orang yang lebih berdosa dari kita yang pada akhirnya kita tidak pernah sempat untuk bermuhasabah dan intropeksi diri. Bahaya bukan?

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung” (QS. An-Nur: 31)


Yang jelas sekarang lebih baik kita mendekati Allah SWT. dan selalu minta ampunan-Nya terhadap dosa-dosa kita terdahulu.
Sekian dan Terimakasih.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar