Bismillahirahmanirrahim...
Setiap hari minggu Aku selalu pergi ke sebuah pasar minggu dekat rumahnku. Kadang jika aku punya banyak uang, aku selalu membeli baju dan segala kebutuhanku. Setiap hari minggu adalah hari yang paling istimewa ketika senin sampai dengan sabtu memenjaraiku dengan tugas. Terlintas dari benakku yang membayangkan bagaimana jadinya jika diriku yang berjualan di pasar. "Masih mending jualan baju, tas, sepatu, atau keudung modis. Nah, kalau berjualan ikan asin, bagaimana? Udah bau, dilalerin pula, siapa sih yang suka? Pasti sedikit, penghasilan kaga banyak, orang cuma ikan asin paling juga ga seberapa?"
Hanya membayangkannya saja aku sudah jijik dan malu.
Suatu hari, aku bekerja seperti biasa. Dan hal yang tidak diinginkan pun terjadi. Kantorku telah mengalami kerugian besar. Itu terjadi karena penipuan atas kantor atasanku.
Aku sangat terpukul. Aku sangat bingung, apa yang bisa aku lakukan selain duduk-duduk di kursi dengan otakku yang cerdas dan jari tanganku yang lihai mengetik keyboard?
Sudah satu bulan aku dipecat paksa oleh atasanku.Sebulan itu pula aku tidak menghasilkan uang. Dan untuk makan aku menggunakan tabungannya yang semakin hari semakin menipis.
Hari minggu pagi itu, seperti biasa aku pergi ke pasar itu. Namun bukan untuk membeli tas atau baju, tapi untuk membeli sayuran untuk makan hari ini. Aku hanyalah orang yang tak berdaya ketika melihat tukang ikan asin dengan sibuknya melayani pelanggan.Kesadaran pun datang dari hatiku. kenyataannya aku tak lebih baik dari si tukang asin.
Semalaman aku menangis karena menyesali pkiranku dulu terhadap si tukang asin. Suatu yang tidak dapat dipungkiri aku bertekad untuk mencoba berjualan di pasar. Atas bantuan dari Bank, aku bisa berjualan di tempat dimana yang biasa aku kunjungi. Dengan modal sedikit, aku berjualan baju disana. Terhitung baju yang ku jual ada 10 macam dan harganya berkisar Rp.45000 sampai Rp.55000. Sungguh harga yang tidak pantas untuk di jual di pasar yang berbeda dengan Mall. Tapi aku tetap ingin seperti itu.
Hari itu pertama kali aku berjuan dengan mengiba pada diri sendiri. Tapi rasa malu aku torehkan pada barangku yang berkualitas dan mahal. Aku dapat lapak yang tidak menyenangkan. Sebelah kananku adalah tukang mie rebus dan samping kiriku adalah tukang minuman dingin. Aku mengeluh gara-gara samping kiri dan samping kananku jualan makanan tak jarang dikerumuni oleh lalat terutama tukang mie rebus. bekas-bekas bumbu mie yang dibuang beserakan di tanah.
Tentu saja, kedua makanan ini menjadi favorit di tempat ini. Baik Tukang Mie Rebus atau Tukang Minuman mempunyai daya tarik tersendiri. Aku pikir wajar saat Tukang Mie Rebus atau Tukang Minuman Dingin itu sangat laris karena disana banyak orang yang kelaparan, ada yang sehabis olahraga ada pula yang cuma lewat dan setelah itu tertarik untuk membeli. Itulah Instan. Mereka sukses menggait pelanggan.
Bagaimana denganku? Setiap orang menghampiri daganganku, mereka suka dengan baju-bajuku, tapi setelah mengetahui harganya mereka pergi begitu saja. Aku pikir apa yang salah dengan mereka? Baju ini begitu sangat bagus dan jarang ada yang menjual baju ini. Wajar saja jika harganya mahal.
Semakin siang aku semakin bosan dan lelah. Di samping kedua tukang itu semakin laris saja.
Minggu ini aku tak dapat penghasilan
(Insya Allah Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar